BANJIR MELANDA DAERAH-DAERAH INDONESIA
Lingkungan merupakan Suatu tempat dimana setiap mahluk Tuhan melakukan kegiatan dan melakukan interaksi satu sama lain dan ilmu yang mempelajari lingkungan adalah Ekologi yaitu ilmu yang mempelajari hubungan antara makhluk hidup sebagai suatu kesatuan dengan lingkungannya.Didalamnya tercakup juga faktor-faktor fisik, biologis, sosioekonomi dan juga politis. Lingkungan kita memiliki sumber daya alam yang sangat banyak baik sumber yang dapat diperbaharui maupung tidak yang sangat banyak peranannya bagi manusia, salah satunya menambah pendapatan devisa Negara kita melalui eksport sector minyak dan gas dll. Hasil alam tersebut memiliki peranan penting sebagai sumber energy dinegara kita maupun didunia, di mana ketersediaannya masih bergantung kepada sumber-sumber yang tidak terbaharukan seperti minyak, gas, dan batu-bara. Sumber-sumber terbaharukan seperti panas bumi, biomasa, air, angin, dan tenaga matahari belum dimanfaatkan secara maksimal. Dengan demikian, pasokan energi domestik akan terancam dengan terancamnya keberlanjutan produksi energi primer yang tidak terbaharukan ini.
Energi dan sumberdaya mineral memiliki dampak lingkungan dalam bentuk polusi dan penipisan sumberdaya alam. Pada proses di mana pertambangan terjadi di tempat-tempat yang ekosistemnya rentan (misalnya pertambangan di wilayah hutan lindung), maka eksploitasi sumberdaya energi dan mineral akan berdampak pada ekosistem tersebut. Dampak lingkungan ini terjadi baik pada saat penambangan (minyak, gas bumi, dan mineral), pengolahannya, pengangkutannya, transformasinya dari energi primer menjadi energi sekunder, serta penggunaannya oleh konsumen di berbagai sektor. Dampak lingkungan dari proses ekstraksi di antaranya adalah masalah tailing, pencemaran hidrokarbon, merkuri, dan bahan beracun dan berbahaya (B3) lainnya di laut dan sungai, serta masalah lainnya.
Rusaknya lingkungan sebenarnya merupakan ulah manusia, manusia tidak dapat mengotrol keiginannya, yang dapat menimbulkan efek yang besar terhadap Global, sebenarnya memang hal itu sudah terjadi di DUNIA saat ini yaitu Pemanasan Global (Global Warming). Kita tidak usah membicarakan jauh mengenai Dunia, sabaiknya kita harus lihat yang terjadi saat ini di Negara kita, terutama di ibukota, samapi saat ini Jakarta masih belum lekas sembuh dari penyakitnya yaitu “Banjir”.
Apakah Yang Menyebapkan Jakarta itu “Banjir” ????
Menurut saya, ya…..karna manusia itu sendiri…, banjir diakibatkan karena membuang sampah dengan sembarangan, pemerintah belum memaximalkan perairan atau tanggul-tanggul didaerah rawan banjir, dan salah satunya akibat pemotongan Hutan dengan sembarangan, banjir tidak hanya dipermasalah dijakarta, banyak didaerah-daerah yang lain, seperti Aceh, Riau, Kalimantah dan daerah Jawa ini. Haruskah kita membiarkan Hal tersebut terjadi ??? sebaiknya ini harus diperhatikan setiap kepala-kepala daerah (yaitu wakil masyarakat) dan bertindak secepatnya, jika banjir terus terjadi otomatis masyarakat kan dilanda oleh penyakit, misalnya TBC, Malaria, Demam Berdarah, dll. Sungai-sungai di perkotaan tercemar oleh limbah industri dan rumah tangga ini akan mebuat masayrakat gampang kena penyakit, semakin tercemar oleh bahan kimia baik dari sampah padat, maupun dari limbah industri, jika ini dibawa arus banjir ke lingkungan masyarakat minimal orang-orang yang terkena banjir akan terkena penyakit, dan akan menciptakan dampak yang menyakitkan bagi Pemerintah. Apa yang seharusnya dilakukan Pemerintah ??? “Menurut saya Pemerintah harus bertindak lebih cepat dan maximal dalam arti pemerintah pusat maupun daerah harus menyediakan anggaran dasar untuk pembangunan jalur aliran pembuangan air kelaut, dan pemerintah harus mengubah tata kota yang rapi, agar tidak menghalangi jalannya air dalam pembuangan, jika tidak… hancur lah Kota kita dihuni banjir sebab banyak di antaranya yang melanggar tata ruang. Setiap hari sekitar 20 persen dari 6.500 ton sampah Jakarta tidak terolah dan justru berakhir di saluran air dan sungai, Ditambah faktor alam akibat pemanasan global, yaitu kenaikan muka air laut, jika antisipasi banjir terus melempem seperti ini, pada 2030 Jakarta terancam tenggelam permanen”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar